NERACA PEMBAYARAN, ARUS
MODAL MASUK, HUTANG LUAR NEGERI
1.
NERACA
PEMBAYARAN
Neraca pembayaran (balance of payment
atau BOP) adalah catatan sitematis dari semua transaksi ekonomi internasional
(perdaganagn, investasi, pinjaman dan sebagainya) yang terjadi antara penduduk
dalam negeri suatu negara dan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun), yang biasanya dinyatakan dalam dollar AS. Oleh karena
itu BOP sangat berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi transaksi
ekonomi dan posisi keuangan internasional suatu negara. Lembaga-lembaga
keuangan internasional, seperti IMF, bank dunia dan negara-negara donor juga
menggunakan BOP sebagai salah satu indikator dalam mempertimbangkan pemberian
bantuan keuangan keapda suatu negara. Selain itu, BOP juga merupakan salah satu
indikator fundamental ekonomi suatu
negara di samping variable-variabel ekonomi makro lainnya, seperti laju
pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi, tingkat suku
bunga dan nilai tukar mata uang domestik. (Tulus, T.H. Tambunan, Dr., 2001).
Struktur dari Neraca Pembayaran
Neraca Barang terdiri atas ekspor dan impor
barang. Neraca barang akan surplus, jika nilai ekspor lebih besar dibanding
nilai impor dan defisit jika terjadi kondisi sebaliknya. „ Neraca Jasa berunsurkan pernerimaan
dan pengeluaran jasa. Neraca Jasa negatif mencerminkan penerimaan luar negeri
atas jasa yang dihasilkan domestik lebih kecil daripada pembayaran yang
dilakukan pihak domestik kepada luar negeri. „ Transkasi Berjalan sering juga disebut sebagai Neraca Barang
dan Jasa karena terdiri atas Neraca Barang dan Neraca Jasa. Transaksi Berjalan
akan surplus, jika Neraca Perdagangan dan Neraca Jasa positif, atau surplus
Neraca Perdagangan lebih besar dibandingkan defisit Neraca Jasa. Defisit
Transaksi Berjalan akan terjadi apabila Neraca Perdagangan maupun Neraca Jasa
negatif, atau surplus Neraca Perdagangan lebih kecil dibandingkan Defisit
Neraca Jasa.
NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL
Penyusunan neraca pembayaran Indonesia didasarkan
pada buku Balance of Payments Manual yang diterbitkan oleh International
Monetary Fund (IMF). Neraca pembayaran Indonesia memuat statistik mengenai
transaksi ekonomi yang dilakukan antara penduduk Indonesia dengan bukan
penduduk dalam suatu periode tertentu. „
Transaksi ekonomi adalah pertukaran nilai
ekonomi oleh satu unit ekonomi kepada unit ekonomi lainnya yang meliputi „
a)
pertukaran
barang atau jasa dengan "financial items" (misalnya uang tunai,
wesel, dan surat-surat berharga), „
b)
barter,
„
c) pertukaran antar-"financial
items", dan „
d) pemberian atau penerimaan barang,
jasa, atau "financial items" tanpa imbalan (without a quid pro quo).
MEMPENGARUHI
EKSPOR DAN IMPOR MEMPENGARUHI EKSPOR DAN IMPOR
1.
Selera konsumen terhadap barang-barang produksi
dalam negeri dan luar negeri.
2.
Harga
bang-barang di dalam dan di luar negeri. „
3.
Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestic
yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.
4.
Pendapatan konsumen di dalam negeri dan di
luar negeri
5.
Ongkos angkutan barang antarnegara.
6.
Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan
internasional
Perkembangan Ekspor, Impor dan
Saldo TB (1973-1990) (dalam juta $)
Periode
|
Ekspor Barang dan Jasa
|
Impor Barang dan Jasa
|
Saldo TB, Termasuk Off Transfer
|
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
|
3,306
7,464
7,025
8,774
10,929
11,327
15,552
22,241
24,878
21,274
19,866
22,152
20,139
15,972
18,832
21,370
25,411
29,455
|
3,836
6,915
8,160
9,696
11,006
12,754
14,602
19,432
25,694
26,732
26,318
24,175
22,150
20,142
21,187
23,021
26,858
32,038
|
-476
598
-1,109
-907
-51
-1,413
980
3,011
-566
-5,324
-6,338
-1,856
-1,923
-3,911
-2,098
-1,397
-1,108
-2,369
|
Sumber : IMF, International Financial Statistic
(dikutip dari : Tulus T. H. Tambunan, 1996).
Neraca Pembayaran Indonesia
1997 – 2001 (Standar Bank
Indonesia)
1995 – 1998 (Standar IFM)
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
|
|||
Rincian
|
1997
|
1998
|
1999
|
MILIAR $
|
|||
A. Transaksi
Berjalan
1.
Barang
a.
Export f.o.b
1)
Non Migas
2)
Migas
-
Minyak
-
LNG
-
LPG
b.
Impor f.o.b
1)
Non Migas
2)
Migas
-
Minyak
-
LNG
2.
Jasa
a.
Non Migas
b.
Migas
1)
Minyak
2)
LNG
B. Modal
di luar Sektor Moneter
1)
Lalu lintas modal pemerintah (bersih)
a.
Penerimaan pinjaman
b.
Pelunasan pinjaman
2)
Lalu lintas modal swasta (nt)
a.
Penanaman modal langsung
b.
Lainnya
C. Jumlah
(A + B)
D. Selisih
perhitungan C dan E
E. Lalu
– lintas Moneter
Catatan :
1. Aktiva
Luar Negeri (GFA)
Setara impor nonmigas (bulan)
2. Cadangan
Devisa Bersih (NIR)
3. Transaksi
Berjalan (%)
|
-5,6
10,1
56,3
44,6
11,7
6,8
4,4
0,5
-46,2
-41,1
-4,8
-4,5
-0,3
-15,1
-10,5
-4,6
-2,1
-2,5
2,6
2,9
7,9
-4,7
-0,3
4,7
-5,0
-2,4
-1,7
4,8
21,4
4,5
17,6
-2,3
|
4,1
18,3
50,3
42,9
7,4
4,1
3,1
0,2
-32,0
-29,1
-2,9
-2,6
-0,3
-14,2
-11,4
-2,8
-1,4
-1,4
-3,9
10,0
13,7
-3,7
-13,9
-0,4
-13,5
0,2
2,1
-2,3
23,8
8,9
14,1
4,3
|
5,2
20,1
51,4
41,4
10,0
5,7
4,0
0,3
-31,3
-27,4
-3,9
-3,6
-0,3
-14,9
-11,9
-3,0
-1,4
-1,6
-3,2
6,5
10,6
-4,1
-9,7
-2,3
-7,4
2,0
1,4
-3,4
27,1
10,9
16,4
4,0
|
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
|
|||
Rincian
|
1999
|
2000
|
2001
|
MILIAR $
|
|||
A. Transaksi
Berjalan
1.
Barang
a.
Export f.o.b
1)
Non Migas
2)
Migas
-
Minyak
-
LNG
-
LPG
b.
Impor f.o.b
1)
Non Migas
2)
Migas
-
Minyak
-
LNG
2.
Jasa
a.
Non Migas
b.
Migas
1)
Minyak
2)
LNG
B. Modal
di luar Sektor Moneter
1)
Lalu lintas modal pemerintah (bersih)
a.
Penerimaan pinjaman
b.
Pelunasan pinjaman 1)
2)
Lalu lintas modal swasta (nt)
c.
Penanaman modal langsung
d.
Lainnya
C. Jumlah
(A + B)
D. Selisih
perhitungan C dan E
E. Lalu
– lintas Moneter 2)
Catatan :
1. Aktiva
Luar Negeri (GFA)3)
Setara impor nonmigas (bulan)
2. Cadangan
Devisa Bersih (NIR)
3. Transaksi
Berjalan (%)
|
5,8
20,6
51,2
41,0
10,3
5,7
4,2
0,4
-30,6
-26,6
-4,0
-3,7
-0,3
-14,9
-11,7
-3,2
-1,5
-1,7
-4,6
5,4
7,9
-2,6
-9,9
-2,7
-7,2
1,2
2,1
-3,3
27,1
6,7
4,1
|
8,0
25,0
65,4
50,3
15,1
8,0
6,8
0,4
-40,4
-34,4
-6,0
-5,8
-0,2
-17,1
-12,5
-4,6
-2,2
-2,4
-6,8
3,2
5,0
-1,8
-10,0
-4,6
-5,4
1,2
3,8
-5,0
29,4
6,0
5,3
|
5,0
21,6
58,7
45,8
12,9
7,2
5,4
0,4
-37,0
-31,4
-5,6
-5,3
-0,3
-16,7
-12,4
-4,3
-2,2
-2,1
-8,9
-0,3
3,3
-3,6
-8,6
-5,9
-2,7
-3,9
2,6
1,4
28,0
6,1
3,4
|
Neraca
Pembayaran Indonesia 1) (juta $)
|
|||||
Rincian
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
19992)
|
A.
Neraca barang dan Jasa
1. Barang dagangan ekspor
f.o.b
Barang dagangan impor f.o.b
2. Ongkos penggangkutan dan
asuransi
Berhubungan dengan impor
3. Ongkos pengangkutan
lainnya
4. Perjalanan luar negeri
5. Jasa modal
5.1.
Jasa modal dari sektor minyak bumi dan LNG
5.2.
Jasa modal dan penanaman modal langsung dan lainnya
6. Pemerintah tidak termasuk
bagian lain
7. Jasa lain-lain
Neraca barang (1)
Neraca Jasa ( 2 s.d. 7)
B.
Hibah
8. Swasta
9. Pemerintah
C.
Transaksi Berjalan (A + B)
D.
Lalu lintas Modal
D.1. Diluar sekotr moneter
10. Penanaman modal langsung
dan lalu lintas modal jangka panjang lainnya
Penanaman modal langsung
Obligsi
a. Pemerintah
b. Swasta
Lalu lintas modaljangka panjang lainnya
a) Pemerintah
b) Swasta
11. Lalu lintas modal jangka
pendek
11.1. Pemerintah
11.2. Swasta
D.2. Sektor moneter
12. emas moneter
13. Special Drawing Rights
14. Hubungan dengan IMF
15. Valuta asing
16. Lain-lain
E.
Selisih perhitungan (antara C dan D)3)
|
-6.760
42.454
-40.921
-4.504
-695
3.057
-7.907
-2.033
-5.874
-183
-2.858
6.533
-13.293
330
--
330
-6.430
8.768
10.284
10.268
4.346
--
--
--
5.938
31
5.907
--
--
--
-1.516
-12
-5
-7
-1.492
0
-2.338
|
-7.801
50.188
-44.240
-4.867
-1.018
3.787
-8.176
-2.168
-6.008
-225
-3.250
5.948
-13.749
125
--
125
-7.676
6.387
10.638
6.613
6.194
--
--
--
419
-672
1.091
4.225
0
4.225
-4.451
48
3
8
-4.511
1
1.289
|
-5.001
56.297
-46.223
-5.084
-934
4.236
-8.946
-2.614
-6.332
-264
-4.103
10.074
-15.075
309
--
309
-4.692
6.343
2.233
4.478
4.677
--
--
--
-199
2.571
-2.70
-2.245
0
-2.245
4.110
219
-524
273
4.142
0
-1.651
|
3.589
50.371
-31.942
-3.337
-852
2.154
-9.955
-1.756
-8.189
-78
-2.773
18.429
-14.841
508
--
508
4.097
-6.219
-3.875
4.354
-356
--
--
--
4.710
9.920
-5.267
-8.229
0
-8.229
-2.344
6
132
0
-2.482
0
2.123
|
4.363
51.435
-31.357
-2.811
-926
2.189
-11.030
-1.820
-9.210
-72
-3.077
20..078
-15.726
804
--
804
5.157
-6.504
-3.212
4.735
-2.323
--
--
--
7.058
6.542
516
-7.947
0
-7.947
-1.292
-9
156
0
-3.439
0
1.548
|
1)
Penyajian menurut standar iMF
2)
Proyeksi per 30 November 1999
3)
Positif berarti detaild an negatif berarti surplus
|
|||||
2. Arus Modal Masuk
Arus Modal Masuk
adalah net capital inflow yaitu perpindahan modal investasi dari
luar negeri ke dalam negeri.
BEBERAPA KONSEP DALAM ARUS MODAL
Investasi asing langsung (foreign Investasi
asing langsung (foreign direct investment) jika Bank R direct investment) jika
Bank Rakyat Indonesia (BRI) membuka cabang di negara China. Indonesia (BRI)
membuka cabang di negara China. Investasi portofolio luar negeri Investasi
portofolio luar negeri (foreign portfolio investment) (foreign portfolio
investment) terjadi bila terjadi bila seorang warga negara Indonesia membeli
saham sebuah perusahaan C seorang warga negara Indonesia membeli saham sebuah
perusahaan China. Investasi luar negeri neto (net Investasi luar negeri neto
(net foreign investment) merupakan pe foreign investment) merupakan pembelian
asset mbelian asset luar negeri oleh warga domestic luar negeri oleh warga
domestic dikurangi pembelian asset dalam dikurangi pembelian asset dalam negeri
oleh warga asing. oleh warga asing. Pelarian modal (Capital flight) Pelarian
modal (Capital flight) adalah situasi perginya asset da adalah situasi perginya
asset dan dana-dana dalam jumlah besar dan secara mendadak dari sebuah negara
ke dalam jumlah besar dan secara mendadak dari sebuah nengara ke negara lain -
negara lain yang dianggap le negara lain yang dianggap lebih aman dan
menguntungkan .
Bank Indonesia (BI) mencatat masuknya arus modal asing (capital
inflow) yang lebih tinggi di awal 2017. Gubernur BI Agus Martowardojo bilang,
sampai pertengahan bulan ini, jumlah arus modal asing yang masuk mencapai Rp
24,4 triliun, lebih tinggi dibanding periode sama 2016 sebesar Rp 20 triliun.
Kenaikan tersebut, menurut Agus, dipengaruhi optimisme pasar
terhadap kondisi Indonesia, di tengah tekanan yang dialami negara-negara lain.
Hal itu tercermin dari defisit transaksi berjalan atau current account
deficit (CAD) 2016 yang turun menjadi 1,8% dari produk domestik bruto
(PDB) dibanding akhir 2015 yang sebesar 2% dari PDB.
Inflasi yang rendah, yakni 3,01% dan pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,01% di 2016 juga berdampak positif. Apalagi posisi cadangan devisa
akhir Januari 2017 naik menjadi US$ 116,9 miliar, dari akhir Desember 2016 yang
sebesar US$ 116,4 miliar.
Membaiknya fundamental ekonomi Indonesia juga diakui lembaga
pemeringkat internasional. Baru-baru ini, Moody's Investors Service
meningkatkan prospek peringkat utang luar negeri (ULN) Indonesia dari stable
menjadi positive. Ini mengafirmasi rating pada Baa3 (investment grade),
karena kerentanan sektor eksternal turun. "Ini kondisi yang kuat,"
kata Agus, Jumat (10/2). Inflow yang lebih tinggi juga mencerminkan
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang cenderung menguat
tahun ini. Sejak awal tahun hingga pertengahan Februari, rupiah bergerak di
level Rp 13.300 per dollar AS. Sementara periode yang sama tahun lalu, rupiah
bergerak di level Rp 13.800 per dollar AS.
3. HUTANG LUAR NEGERI
Sejarah dan Perkembangan
Utang Luar Negeri
Fenomena
mengalirnya modal dari luar untuk membiayai pembangunan oleh negara
berkembang telah dimulai sebelum tahun
1914, dimana dalam kurun waktu antara
1870 hingga tahun 1914, Krugman et.al
(1999) mengatakan negaranegara berkembang
telah menyerap dana dari Inggris
rata-rata 5 persen dari Gross National Product
(GNP), Perancis 2 persen dan Jerman
sebesar 3 persen dari GNP nya.
Dalam perkembangan lebih lanjut,
pertumbuhan utang negara-negara berkembang
semakin membengkak dalam kurun waktu
antara 1973 hingga tahun 1974, yang
kemudian disusul dalam kurun waktu
kedua antara tahun 1979 hingga tahun 1982.
Sebagai gambaran, menurut IMF pada
tahun 1982 saja, pinjaman yang dilakukan oleh
negara-negara berkembang meroket
mendekati US$ 600 miliar.
Aliran modal yang berasal dari luar
negeri dapat disebut sebagai utang luar negeri
apabila memiliki ciri ciri pokok,
yaitu:
1. Aliran modal yang bukan didorong
oleh tujuan untuk mencari keuntungan
2. Dana tersebut diberikan kepada
negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat
yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasaran internasional.
Dilihat dari kewajiban
pengembaliannya, utang luar negeri dapat dibedakan menjadi
bentuk pemberian (grant) dan
pinjaman luar negeri (loan).
Kedua
bentuk ini meskipun berbeda dalam hal syarat-syarat pengembaliannya, tetapi
memiliki keterkaitan yang erat antara bentuk pemberian dan pinjaman. Sebagian
besar negara
kreditur memberikan dana secara
cuma-cuma ke negara debitur apabila negara yang
bersangkutan telah memiliki ikatan
yang lama dan kuat dalam hal pinjam meminjam
dana. Bahkan terkadang pertimbangan
pemberian dana oleh negara kreditur
didasarkan pada alasan keamanan dan
politik.Selain itu, pemberian tersebut tidak semata-mata dalam bentuk mata uang,
melainkan dalam bentuk barang dan pemberian tenaga ahli tertentu.
Sukirno
(2002) mengatakan, ditinjau dari sudut manfaat, ada dua peran utama
bantuan
luar negeri (utang luar negeri), yaitu:
1.
Untuk mengatasi kekurangan mata uang asing.
2.
Untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan
Kedua masalah tersebut biasa disebut
dengan masalah jurang ganda (the two
problems),
yaitu jurang tabungan (saving gap) dan jurang mata uang asing (foreign
exchange
gap).
Bentuk
Utang Luar Negeri
Utang luar
negeri merupakan bantuan luar negeri (loan) yang diberikan oleh
pemerintah negara-negara maju atau badan-badan
internasional yang khusus
dibentuk untuk memberikan pinjaman semacam itu dengan
kewajiban untuk
membayar kembali dan membayar bunga pinjaman tersebut
(Zulkarnain, 1996).
Adapun bentuk-bentuk bantuan luar negeri dapat
dibedakan atas :
1.
Pinjaman dengan syarat pengembalian
a)
Hadiah/Grant: yaitu bantuan luar
negeri yang tidak bersyarat pengembalian atau pelunasannya kembali.
b)
Pinjaman Lunak : yaitu pinjaman dengan
syarat yang sangat ringan, dimana jangka waktu pengembaliannya antara 20 tahun
sampai dengan 30 tahun dan tingkat bunga antara 0 sampai dengan 4,5 persen per
tahun.
c)
Pinjaman/Kredit Ekspor: yaitu kredit
yang diberikan oleh negara pengekspor dengan jaminan tertentu untuk
meningkatkan ekspor. Jangka waktu pembayarannya adalah 7 tahun sampai dengan 15
tahun da tingkat bunga antara 4 persen sampai dengan 8,5 persen per tahun.
d)
Kredit Komersial: yaitu kredit yang
dipinjamkan oleh bank dengan tingkat bunga dan lain-lain sesuai perkembangan
pasar internasional.
2. Pinjaman/Kredit
Bilateral/Multilateral
a. Pinjaman/Kredit Bilateral: misalnya
bantuan/kredit yang diperoleh dari Negara CGI.
a.
Pinjaman/Kredit Multilateral: misalnya
bantuan/kredit dari peserta IBRD,IDA, UNDP, ADB, dan lain-lain. Jangka waktu
dan syarat pengembalian bantuan/kredit bilateral/multilateral adalah
berdasarkan perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan pihak-pihak yang
memberikan bantuan/kredit.
3. Pinjaman/Bantuan
menurut kategori ekonomi, barang/jasa
a. Bantuan program: yaitu berupa pangan, misalnya
dalam rangka PL 480 atau dalam bentuk devisa kredit.
b. Bantuan Proyek: yaitu bentuan yang diperoleh
untuk pembiyaan dan pengadaan barang/jasa pada proyek-proyek pembangunan.
b.
Bantuan Tekhnik: yaitu berupa pengiriman
tenaga ahli dari luar negeri atau tenaga-tenaga Indonesia yang dilatih di luar
negeri.
Penyebab
Meningkatnya Utang LN
(1)
Defisit Transaksi Berjalan (TB)
Lima tahun
sebelum krisis ekonomi (1992/1993 – 1996/1997) defisit TB masing-masing tiap
tahun (jutaan) : $2,311; $2,740; $3,248; $6,757 dan $7,847. Untuk menutup
defisit itu pemerintah melakukan pinjaman luar negeri.
(2)
Meningkatnya Kebutuhan Investasi
·
Hampir setiap tahun Indonesia menghadapi delima
invesment-saving gap. Selama tahun-tahun 1994, 1995, 1996, jumlah dana tabungan
(triliun) : Rp 56,2; Rp 69,0;; Rp 88,3; Sementara kebutuhan investasi
(triliun): Rp 71,4; Rp 96,4 dan Rp 119,6.
·
Hal ini mendorong meningkatnya pinjaman LN,
terutama pinjaman sektor swasta. Di samping kelangkaan dana, meningkatnya utang
LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga.
(3)
Meningkatnya Inflasi
·
Laju inflasi tiga tahun menjelang krisis
meningkat: 7,04% (1993/1994) ; 8,57% (1994/1995) dan 8,86 (1995/1996). Hal ini
mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan komponen
suku bunga nominal.
·
Suku bunga krdit di Indonesia tinggi
(1995/1996); kredit modal kerja 19,30%, kerdit investasi 16,39%, sedangkan
LIBOR 5,39% dan SIBOR 5,37%.
(4)
Struktur perekonomian tidak efisien
ICOR menapai
4,9 (1984 – 1993) yang seharusnya antara 3 – 3.5. Jadi ada pemborosan sekitar
30%, karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan invetasi
besar. Hal ini mendorong utang luar negeri.
REFERENSI :
Tulus
Tambunan,2001, perekonomian Indonesia: Teori
dan Temuan Empiris: Jakarta Ghalia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar