Jumat, 16 Juni 2017

NERACA PEMBAYARAN, ARUS MODAL MASUK, HUTANG LUAR NEGERI

1.     NERACA PEMBAYARAN

Neraca pembayaran (balance of payment atau BOP) adalah catatan sitematis dari semua transaksi ekonomi internasional (perdaganagn, investasi, pinjaman dan sebagainya) yang terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang biasanya dinyatakan dalam dollar AS. Oleh karena itu BOP sangat berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi transaksi ekonomi dan posisi keuangan internasional suatu negara. Lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti IMF, bank dunia dan negara-negara donor juga menggunakan BOP sebagai salah satu indikator dalam mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan keapda suatu negara. Selain itu, BOP juga merupakan salah satu indikator fundamental  ekonomi suatu negara di samping variable-variabel ekonomi makro lainnya, seperti laju pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang domestik. (Tulus, T.H. Tambunan, Dr., 2001).

Struktur dari Neraca Pembayaran

 Neraca Barang terdiri atas ekspor dan impor barang. Neraca barang akan surplus, jika nilai ekspor lebih besar dibanding nilai impor dan defisit jika terjadi kondisi sebaliknya. Neraca Jasa berunsurkan pernerimaan dan pengeluaran jasa. Neraca Jasa negatif mencerminkan penerimaan luar negeri atas jasa yang dihasilkan domestik lebih kecil daripada pembayaran yang dilakukan pihak domestik kepada luar negeri. Transkasi Berjalan sering juga disebut sebagai Neraca Barang dan Jasa karena terdiri atas Neraca Barang dan Neraca Jasa. Transaksi Berjalan akan surplus, jika Neraca Perdagangan dan Neraca Jasa positif, atau surplus Neraca Perdagangan lebih besar dibandingkan defisit Neraca Jasa. Defisit Transaksi Berjalan akan terjadi apabila Neraca Perdagangan maupun Neraca Jasa negatif, atau surplus Neraca Perdagangan lebih kecil dibandingkan Defisit Neraca Jasa.

NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL

 Penyusunan neraca pembayaran Indonesia didasarkan pada buku Balance of Payments Manual yang diterbitkan oleh International Monetary Fund (IMF). Neraca pembayaran Indonesia memuat statistik mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk dalam suatu periode tertentu.
 Transaksi ekonomi adalah pertukaran nilai ekonomi oleh satu unit ekonomi kepada unit ekonomi lainnya yang meliputi
a)      pertukaran barang atau jasa dengan "financial items" (misalnya uang tunai, wesel, dan surat-surat berharga),
b)      barter,
c)      pertukaran antar-"financial items", dan
d)      pemberian atau penerimaan barang, jasa, atau "financial items" tanpa imbalan (without a quid pro quo).

MEMPENGARUHI EKSPOR DAN IMPOR MEMPENGARUHI EKSPOR DAN IMPOR

1.       Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri.
2.        Harga bang-barang di dalam dan di luar negeri. „
3.       Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestic yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.
4.        Pendapatan konsumen di dalam negeri dan di luar negeri
5.       Ongkos angkutan barang antarnegara.
6.       Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional
Perkembangan Ekspor, Impor dan
Saldo TB (1973-1990) (dalam juta $)
Periode
Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa
Saldo TB, Termasuk Off Transfer
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
3,306
7,464
7,025
8,774
10,929
11,327
15,552
22,241
24,878
21,274
19,866
22,152
20,139
15,972
18,832
21,370
25,411
29,455
3,836
6,915
8,160
9,696
11,006
12,754
14,602
19,432
25,694
26,732
26,318
24,175
22,150
20,142
21,187
23,021
26,858
32,038
-476
598
-1,109
-907
-51
-1,413
980
3,011
-566
-5,324
-6,338
-1,856
-1,923
-3,911
-2,098
-1,397
-1,108
-2,369
Sumber :    IMF, International Financial Statistic (dikutip dari : Tulus T. H. Tambunan, 1996).
Neraca Pembayaran Indonesia

1997 – 2001 (Standar Bank Indonesia)
1995 – 1998 (Standar IFM)
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
 Rincian
1997
1998
1999
MILIAR $
A.    Transaksi Berjalan
1.      Barang
a.       Export f.o.b
1)      Non Migas
2)      Migas
-          Minyak
-          LNG
-          LPG
b.      Impor f.o.b
1)      Non Migas
2)      Migas
-          Minyak
-          LNG
2.      Jasa
a.       Non Migas
b.      Migas
1)      Minyak
2)      LNG

B.     Modal di luar Sektor Moneter
1)      Lalu lintas modal pemerintah (bersih)
a.       Penerimaan pinjaman
b.      Pelunasan pinjaman
2)      Lalu lintas modal swasta (nt)
a.       Penanaman modal langsung
b.      Lainnya
C.     Jumlah (A + B)
D.    Selisih perhitungan C dan E
E.     Lalu – lintas Moneter

Catatan :
1.      Aktiva Luar Negeri (GFA)
Setara impor nonmigas (bulan)
2.      Cadangan Devisa Bersih (NIR)
3.      Transaksi Berjalan (%)
-5,6
10,1
56,3
44,6
11,7
6,8
4,4
0,5
-46,2
-41,1
-4,8
-4,5
-0,3
-15,1
-10,5
-4,6
-2,1
-2,5

2,6
2,9
7,9
-4,7
-0,3
4,7
-5,0
-2,4
-1,7
4,8


21,4
4,5
17,6
-2,3
4,1
18,3
50,3
42,9
7,4
4,1
3,1
0,2
-32,0
-29,1
-2,9
-2,6
-0,3
-14,2
-11,4
-2,8
-1,4
-1,4

-3,9
10,0
13,7
-3,7
-13,9
-0,4
-13,5
0,2
2,1
-2,3


23,8
8,9
14,1
4,3
5,2
20,1
51,4
41,4
10,0
5,7
4,0
0,3
-31,3
-27,4
-3,9
-3,6
-0,3
-14,9
-11,9
-3,0
-1,4
-1,6

-3,2
6,5
10,6
-4,1
-9,7
-2,3
-7,4
2,0
1,4
-3,4


27,1
10,9
16,4
4,0

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Rincian
1999
2000
2001
MILIAR $
A.    Transaksi Berjalan
1.      Barang
a.       Export f.o.b
1)      Non Migas
2)      Migas
-          Minyak
-          LNG
-          LPG
b.      Impor f.o.b
1)      Non Migas
2)      Migas
-          Minyak
-          LNG
2.      Jasa
a.       Non Migas
b.      Migas
1)      Minyak
2)      LNG

B.     Modal di luar Sektor Moneter
1)      Lalu lintas modal pemerintah (bersih)
a.       Penerimaan pinjaman
b.      Pelunasan pinjaman 1)
2)      Lalu lintas modal swasta (nt)
c.       Penanaman modal langsung
d.      Lainnya
C.     Jumlah (A + B)
D.    Selisih perhitungan C dan E
E.     Lalu – lintas Moneter 2)

Catatan :
1.      Aktiva Luar Negeri (GFA)3)
Setara impor nonmigas (bulan)
2.      Cadangan Devisa Bersih (NIR)
3.      Transaksi Berjalan (%)
5,8
20,6
51,2
41,0
10,3
5,7
4,2
0,4
-30,6
-26,6
-4,0
-3,7
-0,3
-14,9
-11,7
-3,2
-1,5
-1,7

-4,6
5,4
7,9
-2,6
-9,9
-2,7
-7,2
1,2
2,1
-3,3



27,1
6,7
4,1
8,0
25,0
65,4
50,3
15,1
8,0
6,8
0,4
-40,4
-34,4
-6,0
-5,8
-0,2
-17,1
-12,5
-4,6
-2,2
-2,4

-6,8
3,2
5,0
-1,8
-10,0
-4,6
-5,4
1,2
3,8
-5,0



29,4
6,0
5,3
5,0
21,6
58,7
45,8
12,9
7,2
5,4
0,4
-37,0
-31,4
-5,6
-5,3
-0,3
-16,7
-12,4
-4,3
-2,2
-2,1

-8,9
-0,3
3,3
-3,6
-8,6
-5,9
-2,7
-3,9
2,6
1,4



28,0
6,1
3,4


Neraca Pembayaran Indonesia 1) (juta $)
Rincian
1995
1996
1997
1998
19992)
A.     Neraca barang dan Jasa
1.      Barang dagangan ekspor f.o.b
Barang dagangan impor f.o.b
2.      Ongkos penggangkutan dan asuransi
Berhubungan dengan impor
3.      Ongkos pengangkutan lainnya
4.      Perjalanan luar negeri
5.      Jasa modal
5.1.       Jasa modal dari sektor minyak bumi dan LNG
5.2.       Jasa modal dan penanaman modal langsung dan lainnya
6.      Pemerintah tidak termasuk bagian lain
7.      Jasa lain-lain
Neraca barang (1)
Neraca Jasa ( 2 s.d. 7)
B.     Hibah
8.      Swasta
9.      Pemerintah
C.     Transaksi Berjalan (A + B)
D.     Lalu lintas Modal
D.1. Diluar sekotr moneter
10.  Penanaman modal langsung dan lalu lintas modal jangka panjang lainnya
         Penanaman modal langsung
         Obligsi
a.       Pemerintah
b.      Swasta
         Lalu lintas modaljangka panjang lainnya
a)      Pemerintah
b)      Swasta
11.  Lalu lintas modal jangka pendek
11.1. Pemerintah
11.2. Swasta
D.2. Sektor moneter
12.  emas moneter
13.  Special Drawing Rights
14.  Hubungan dengan IMF
15.  Valuta asing
16.  Lain-lain
E.      Selisih perhitungan (antara C dan D)3)
-6.760
42.454
-40.921

-4.504
-695
3.057
-7.907

-2.033

-5.874
-183
-2.858
6.533
-13.293
330
--
330
-6.430
8.768
10.284

10.268
4.346
--
--
--

5.938
31
5.907
--
--
--
-1.516
-12
-5
-7
-1.492
0
-2.338
-7.801
50.188
-44.240

-4.867
-1.018
3.787
-8.176

-2.168

-6.008
-225
-3.250
5.948
-13.749
125
--
125
-7.676
6.387
10.638

6.613
6.194
--
--
--

419
-672
1.091
4.225
0
4.225
-4.451
48
3
8
-4.511
1
1.289
-5.001
56.297
-46.223

-5.084
-934
4.236
-8.946

-2.614

-6.332
-264
-4.103
10.074
-15.075
309
--
309
-4.692
6.343
2.233

4.478
4.677
--
--
--

-199
2.571
-2.70
-2.245
0
-2.245
4.110
219
-524
273
4.142
0
-1.651
3.589
50.371
-31.942

-3.337
-852
2.154
-9.955

-1.756

-8.189
-78
-2.773
18.429
-14.841
508
--
508
4.097
-6.219
-3.875

4.354
-356
--
--
--

4.710
9.920
-5.267
-8.229
0
-8.229
-2.344
6
132
0
-2.482
0
2.123
4.363
51.435
-31.357

-2.811
-926
2.189
-11.030

-1.820

-9.210
-72
-3.077
20..078
-15.726
804
--
804
5.157
-6.504
-3.212

4.735
-2.323
--
--
--

7.058
6.542
516
-7.947
0
-7.947
-1.292
-9
156
0
-3.439
0
1.548
1)      Penyajian menurut standar iMF
2)      Proyeksi per 30 November 1999
3)      Positif berarti detaild an negatif berarti surplus







2. Arus Modal Masuk

Arus Modal Masuk adalah net capital inflow yaitu perpindahan modal investasi dari luar negeri ke dalam negeri.

BEBERAPA KONSEP DALAM ARUS MODAL

 Investasi asing langsung (foreign Investasi asing langsung (foreign direct investment) jika Bank R direct investment) jika Bank Rakyat Indonesia (BRI) membuka cabang di negara China. Indonesia (BRI) membuka cabang di negara China. Investasi portofolio luar negeri Investasi portofolio luar negeri (foreign portfolio investment) (foreign portfolio investment) terjadi bila terjadi bila seorang warga negara Indonesia membeli saham sebuah perusahaan C seorang warga negara Indonesia membeli saham sebuah perusahaan China. Investasi luar negeri neto (net Investasi luar negeri neto (net foreign investment) merupakan pe foreign investment) merupakan pembelian asset mbelian asset luar negeri oleh warga domestic luar negeri oleh warga domestic dikurangi pembelian asset dalam dikurangi pembelian asset dalam negeri oleh warga asing. oleh warga asing. Pelarian modal (Capital flight) Pelarian modal (Capital flight) adalah situasi perginya asset da adalah situasi perginya asset dan dana-dana dalam jumlah besar dan secara mendadak dari sebuah negara ke dalam jumlah besar dan secara mendadak dari sebuah nengara ke negara lain - negara lain yang dianggap le negara lain yang dianggap lebih aman dan menguntungkan .
Bank Indonesia (BI) mencatat masuknya arus modal asing (capital inflow) yang lebih tinggi di awal 2017. Gubernur BI Agus Martowardojo bilang, sampai pertengahan bulan ini, jumlah arus modal asing yang masuk mencapai Rp 24,4 triliun, lebih tinggi dibanding periode sama 2016 sebesar Rp 20 triliun.
Kenaikan tersebut, menurut Agus, dipengaruhi optimisme pasar terhadap kondisi Indonesia, di tengah tekanan yang dialami negara-negara lain. Hal itu tercermin dari defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) 2016 yang turun menjadi 1,8% dari produk domestik bruto (PDB) dibanding akhir 2015 yang sebesar 2% dari PDB.
Inflasi yang rendah, yakni 3,01% dan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01% di 2016 juga berdampak positif. Apalagi posisi cadangan devisa akhir Januari 2017 naik menjadi US$ 116,9 miliar, dari akhir Desember 2016 yang sebesar US$ 116,4 miliar.

Membaiknya fundamental ekonomi Indonesia juga diakui lembaga pemeringkat internasional. Baru-baru ini, Moody's Investors Service meningkatkan prospek peringkat utang luar negeri (ULN) Indonesia dari stable menjadi positive. Ini mengafirmasi rating pada Baa3 (investment grade), karena kerentanan sektor eksternal turun. "Ini kondisi yang kuat," kata Agus, Jumat (10/2). Inflow yang lebih tinggi juga mencerminkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang cenderung menguat tahun ini. Sejak awal tahun hingga pertengahan Februari, rupiah bergerak di level Rp 13.300 per dollar AS. Sementara periode yang sama tahun lalu, rupiah bergerak di level Rp 13.800 per dollar AS.

3.     HUTANG LUAR NEGERI

Sejarah dan Perkembangan Utang Luar Negeri

       Fenomena mengalirnya modal dari luar untuk membiayai pembangunan oleh negara
berkembang telah dimulai sebelum tahun 1914, dimana dalam kurun waktu antara
1870 hingga tahun 1914, Krugman et.al (1999) mengatakan negaranegara berkembang
telah menyerap dana dari Inggris rata-rata 5 persen dari Gross National Product
(GNP), Perancis 2 persen dan Jerman sebesar 3 persen dari GNP nya.
Dalam perkembangan lebih lanjut, pertumbuhan utang negara-negara berkembang
semakin membengkak dalam kurun waktu antara 1973 hingga tahun 1974, yang
kemudian disusul dalam kurun waktu kedua antara tahun 1979 hingga tahun 1982.
Sebagai gambaran, menurut IMF pada tahun 1982 saja, pinjaman yang dilakukan oleh
negara-negara berkembang meroket mendekati US$ 600 miliar.

Aliran modal yang berasal dari luar negeri dapat disebut sebagai utang luar negeri
apabila memiliki ciri ciri pokok, yaitu:

1. Aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan
2. Dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat
     yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasaran internasional.
Dilihat dari kewajiban pengembaliannya, utang luar negeri dapat dibedakan menjadi
bentuk pemberian (grant) dan pinjaman luar negeri (loan).

Kedua bentuk ini meskipun berbeda dalam hal syarat-syarat pengembaliannya, tetapi memiliki keterkaitan yang erat antara bentuk pemberian dan pinjaman. Sebagian besar negara
kreditur memberikan dana secara cuma-cuma ke negara debitur apabila negara yang
bersangkutan telah memiliki ikatan yang lama dan kuat dalam hal pinjam meminjam
dana. Bahkan terkadang pertimbangan pemberian dana oleh negara kreditur
didasarkan pada alasan keamanan dan politik.Selain itu, pemberian tersebut tidak semata-mata dalam bentuk mata uang, melainkan dalam bentuk barang dan pemberian tenaga ahli tertentu.

Sukirno (2002) mengatakan, ditinjau dari sudut manfaat, ada dua peran utama
bantuan luar negeri (utang luar negeri), yaitu:
1. Untuk mengatasi kekurangan mata uang asing.
2. Untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan
      Kedua masalah tersebut biasa disebut dengan masalah jurang ganda (the two
problems), yaitu jurang tabungan (saving gap) dan jurang mata uang asing (foreign
exchange gap).

Bentuk Utang Luar Negeri

      Utang luar negeri merupakan bantuan luar negeri (loan) yang diberikan oleh
pemerintah negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus
dibentuk untuk memberikan pinjaman semacam itu dengan kewajiban untuk
membayar kembali dan membayar bunga pinjaman tersebut (Zulkarnain, 1996).
Adapun bentuk-bentuk bantuan luar negeri dapat dibedakan atas :

1.      Pinjaman dengan syarat pengembalian

a)      Hadiah/Grant: yaitu bantuan luar negeri yang tidak bersyarat pengembalian atau pelunasannya kembali.
b)      Pinjaman Lunak : yaitu pinjaman dengan syarat yang sangat ringan, dimana jangka waktu pengembaliannya antara 20 tahun sampai dengan 30 tahun dan tingkat bunga antara 0 sampai dengan 4,5 persen per tahun.
c)      Pinjaman/Kredit Ekspor: yaitu kredit yang diberikan oleh negara pengekspor dengan jaminan tertentu untuk meningkatkan ekspor. Jangka waktu pembayarannya adalah 7 tahun sampai dengan 15 tahun da tingkat bunga antara 4 persen sampai dengan 8,5 persen per tahun.
d)      Kredit Komersial: yaitu kredit yang dipinjamkan oleh bank dengan tingkat bunga dan lain-lain sesuai perkembangan pasar internasional.

2.       Pinjaman/Kredit Bilateral/Multilateral

a. Pinjaman/Kredit Bilateral: misalnya bantuan/kredit yang diperoleh dari Negara CGI.
a.       Pinjaman/Kredit Multilateral: misalnya bantuan/kredit dari peserta IBRD,IDA, UNDP, ADB, dan lain-lain. Jangka waktu dan syarat pengembalian bantuan/kredit bilateral/multilateral adalah berdasarkan perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan pihak-pihak yang memberikan bantuan/kredit.

3.       Pinjaman/Bantuan menurut kategori ekonomi, barang/jasa

a.  Bantuan program: yaitu berupa pangan, misalnya dalam rangka PL 480 atau dalam bentuk devisa kredit.
b.  Bantuan Proyek: yaitu bentuan yang diperoleh untuk pembiyaan dan pengadaan barang/jasa pada proyek-proyek pembangunan.
b.      Bantuan Tekhnik: yaitu berupa pengiriman tenaga ahli dari luar negeri atau tenaga-tenaga Indonesia yang dilatih di luar negeri.

Penyebab Meningkatnya Utang LN

(1)    Defisit Transaksi Berjalan (TB)
Lima tahun sebelum krisis ekonomi (1992/1993 – 1996/1997) defisit TB masing-masing tiap tahun (jutaan) : $2,311; $2,740; $3,248; $6,757 dan $7,847. Untuk menutup defisit itu pemerintah melakukan pinjaman luar negeri. 
(2)    Meningkatnya Kebutuhan Investasi
·         Hampir setiap tahun Indonesia menghadapi delima invesment-saving gap. Selama tahun-tahun 1994, 1995, 1996, jumlah dana tabungan (triliun) : Rp 56,2; Rp 69,0;; Rp 88,3; Sementara kebutuhan investasi (triliun): Rp 71,4; Rp 96,4 dan Rp 119,6.
·         Hal ini mendorong meningkatnya pinjaman LN, terutama pinjaman sektor swasta. Di samping kelangkaan dana, meningkatnya utang LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga.

(3)    Meningkatnya Inflasi
·         Laju inflasi tiga tahun menjelang krisis meningkat: 7,04% (1993/1994) ; 8,57% (1994/1995) dan 8,86 (1995/1996). Hal ini mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan komponen suku bunga nominal.
·         Suku bunga krdit di Indonesia tinggi (1995/1996); kredit modal kerja 19,30%, kerdit investasi 16,39%, sedangkan LIBOR 5,39% dan SIBOR 5,37%.

(4)    Struktur perekonomian tidak efisien
ICOR menapai 4,9 (1984 – 1993) yang seharusnya antara 3 – 3.5. Jadi ada pemborosan sekitar 30%, karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan invetasi besar. Hal ini mendorong utang luar negeri.








REFERENSI :

         Tulus Tambunan,2001, perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris: Jakarta Ghalia Indonesia